Malam ini biar sunyi dan gelap. Lelaplah dalam mimpi. Entah bertemu dinosaurus atau dikejar zombie, tak apa. Asal bangun sudah pagi. Biar tengah malam diisi dewi malam saja, ronda sendiri. Jangan ikut-ikutan kunang-kunang. Kamu tidak punya sumber cahaya seperti mereka. Tidak usah pura-pura menjadi lampu. Kalau gulita, yasudah tidur saja.
Esok saat matahari berangkat kerja, buka lebar-lebar lagi matamu. Serap banyak-banyak cahayanya. Jadikan sebagai bahan bakar semangat seharian. Tidak perlu mengirit, habiskan saja sampai matahari pulang lagi. Saat habis, tidur jadi lebih nikmat.
Kata medis, tidur di tempat gelap lebih baik untuk regenerasi sel-sel tubuh yang rusak. Biar tubuhmu istirahat dengan baik. Cepatlah pulih. Lika-liku kehidupanmu masih panjang. Ada jalanan berkelok, licin, becek, bercabang, atau malah buntu dan memutar. Belum lagi medan terjal, ombak, gurun pasir, hutan hujan, atau bahkan mimpi, harapan, dan kekecewaan. Medan-medan itu dipenuhi labirin bercabang. Panjang dan melelahkan.
Namun seperti lari marathon, bukan kecepatan yang penting, tapi daya tahan. Atau seperti sumber energi baru terbarukan. Ada siklus-siklus yang harus dilalui dengan aturan. Siang matahari, malam bulan. Terang bekerja, gelap istirahat. Namun dengan waktu yang terbagi sedikit-sedikit secara konsisten itu, terbentuk rutinitas yang pasti. Membentuk kebiasaan. Lantas perlahan tumbuh. Berbanding lurus dengan waktu yang menua.
Kalau sebiji benih tumbuh berkecambah dalam seminggu, maka dalam lima tahun akan menjadi pohon kecil yang jika dibiarkan dalam puluhan tahun, akan menjadi semakin rimbun dan teduh. Sama-sama makhluk hidup, tapi manusia lebih sempurna dengan akalnya. Peradaan dan sejarah seperti apa yang ingin kau ciptakan?
Selamat malam. Salam hangat. Yayan Deka.
Semarang, 20 Mei 2025.