[Puisi] Daun yang Jatuh 

Mei 10, 2023
dua pasang kaki di antara daun-daun jatuh

"Daun yang Jatuh" adalah puisi yang menggambarkan momen emosional antara dua individu yang terjebak dalam sebuah pertemuan yang penuh perasaan. Ditulis oleh Yayan Dwi Krisdiantoro, puisi ini menciptakan suasana intim melalui penggambaran visual yang kuat dan perasaan yang mendalam. Dalam puisi ini, daun yang jatuh menjadi simbol keindahan dan kesedihan, mengingatkan pembaca akan fragilitas hubungan manusia.


Puisi: Daun yang Jatuh

Aku melihatnya, dua kelopak daun jatuh.

Sampai detik ke-3, masih terasa indah,

menari-nari dengan alunan bayu.

Aku melihatnya, dengan kedua mataku.

Mencerapnya dengan senyuman cerah,

lalu arahnya jatuh membawaku padamu.

Detik ke-5 aku terpaku.

Detik ke-7 aku melihat senyummu.

Detik ke-9 tak karuan dadaku.

Jantungku berdegub cepat,

melihatmu semakin dekat.

Senyumku menghilang,

tertutup pikiran dan perasaan yang tiba-tiba datang.

“Tu-tunggu sebentar — ”

Plak!

Tanganmu menampar pipi kiriku.

Kutelan ludah.

Kuusap pipi.

Kutegakkan kepala.

Kutatap matanya.

Lagi, kutelan ludah.

“Ma-maaf.”

Kau mencoba menahan tangis,

dengan mata merah, memelototiku.

Aku berkaca atas usahamu menahan air mata.

Namun gagal, kau menangis tersedu.

Memukulkan berkali-kali kepalan tangan.

Tak sakit, tapi menyakitkan untuk disaksikan.

Aku memelukmu dengan kedua tangan.

Kembali aku ucapkan,

“Maaf! Maaf, sungguh maaf!”

Tangis kami menggema.

Angin datang menyapa,

bersama dengan daun-daun yang jatuh.

Kueratkan pelukan.

Ludah kembali kutelan.

Gigi aku geratkan.

Entah sudah berapa lama.

Maaf aku tak pernah datang menyapa.


Halo,

Semoga kau suka. Aku tidak benar-benar bisa menulis puisi. Jadi aku tidak yakin, apakah yang aku tulis benar-benar bisa disebut puisi. Menurutku, penamaan jenis tulisan tak begitu penting selama kau menikmatinya. Karena itu, jangan lupa berikan komentar baik tentang tulisan maupun penulisnya. Katakan jika kau memang menikmati tulisan-tulisan yang sudah aku publikasikan atau sebaliknya.

Aku juga dengan senang hati menerima saran tema atau ide tulisan yang kau inginkan. Aku akan senang jika kau menyampaikan beberapa untuk menjadi tantangan.

Salam hangat,

Yayan Dwi Krisdiantoro


Analisis Puisi

Puisi "Daun yang Jatuh" mengisahkan momen penuh emosi yang terjadi di antara dua orang. Melalui gambaran yang sederhana namun kuat, penulis membawa pembaca merasakan setiap detik yang berlalu dengan intensitas yang mendalam.

  • Pembukaan: Puisi dimulai dengan pengamatan sederhana terhadap dua daun yang jatuh, yang melambangkan keindahan sementara dan perubahan yang tidak terhindarkan. "Menari-nari dengan alunan bayu" memberikan nuansa damai, tetapi juga mengisyaratkan bahwa segala sesuatu akan berlalu.

  • Perkembangan Emosi: Ketika penulis melihat senyuman seseorang, detik-detik selanjutnya menjadi semakin tegang. Jantung yang berdegub cepat menunjukkan kecemasan dan ketertarikan, menciptakan ketegangan yang meningkat dalam interaksi mereka. Penggunaan waktu detik memberi kesan mendalam, seolah setiap momen berharga dan penuh makna.

  • Konflik Emosional: Ketika situasi berbalik dengan "Tanganmu menampar pipi kiriku," ada transisi mendalam dari perasaan bahagia menjadi perasaan terluka. Tindakan ini tidak hanya fisik tetapi juga emosional, mencerminkan rasa sakit dan kesedihan yang mendalam dalam hubungan.

  • Resolusi: Di akhir puisi, penulis menunjukkan keinginan untuk memperbaiki keadaan, berulang kali mengucapkan permohonan maaf. Ini menciptakan momen haru dan refleksi. "Tangis kami menggema" menggambarkan kesedihan yang terhubung dengan kuat, di mana angin dan daun yang jatuh menambah suasana melankolis, sebagai simbol dari perasaan yang tidak terucapkan.


Refleksi

Puisi ini menyoroti kompleksitas emosi dalam hubungan manusia, mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana momen sederhana seperti melihat daun jatuh dapat memicu perasaan yang dalam dan konflik batin. Dengan penggambaran yang kuat dan detil yang emosional, "Daun yang Jatuh" menjadi cermin dari pengalaman yang umum namun mendalam—menggambarkan bagaimana kita sering kali terjebak antara keindahan dan kesedihan dalam interaksi kita dengan orang lain.